Reorientasi Nutrisi untuk Pembangunan Indonesia
- almerridho99
- May 4, 2023
- 2 min read
Dalam seratus tahun kemerdekaannya perkembangan Indonesia yang dibicarakan seperti selalu hanya di ujung mata. Di dalam negeri yang mengubah tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman, beberapa orang masih kesulitan mencari sesuap nasi. Bahkan dalam ekonomi yang bertumbuh, masalah gizi buruk tetap membayangi mimpi-mimpi kita dalam mencapai kesetaraan. Stunting dan isu gizi buruk lainnya yang kini telah menjadi prioritas nasional perlu diselesaikan dengan melihat ke dalam, dari luar.
Dalam empat dekade terakhir Korea Selatan telah mengalami perkembangan ekonomi yang luar biasa. Hal ini memicu salah satu transisi nutrisi terbesar dalam sejarah. Dengan berkembangnya daya beli rakyat serta akses ke makanan yang lebih berkualitas (Kim et al., 2000), terjadi peningkatan konsumsi dalam jumlah kalori dan produk hewani secara masif (Nijenhuis et al., 2012). Peningkatan tersebut, disandingkan dengan upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga gizi yang seimbang (Lee et al., 2002) berkontribusi langsung dalam peningkatan tinggi badan dan komposisi tubuh masyarakat. Nilai dari skor tes IQ masyarakat Korea Selatan juga bertambah setiap generasi, dengan rata-rata 7.7 poin per dekade — dua setengah kali lipat lebih tinggi dari negara-negara Barat dengan rata-rata 3 poin per dekade (Nijenhuis et al., 2012). Seluruh aspek ini kembali berkontribusi ke umpan balik positif ekonomi dan terus menerus saling mendukung satu sama lain.
Di tahun 2045, saya bercita-cita perjalanan nutrisi inspiratif Korea Selatan dapat direplikasi di Indonesia. Reorientasi kebijakan ke perbaikan gizi serta peningkatan edukasi di semua tatanan masyarakat akan pentingnya nutrisi dalam kualitas populasi yang berkembang dapat membuka potensi kita bukan hanya untuk bermimpi, tetapi mencapai masa depan yang lebih cerah dari yang kita dapat bayangkan. Cita-cita ini perlu tumbuh menjulang tinggi; dan mimpi ini hanya bisa dimulai dari setiap piring yang ada di setiap rumah, untuk semua anak, dari tongkat, kayu, dan batu yang kita siram sendiri.
(Esai ini merupakan modifikasi dari esai seleksi SejutaCita Future Leaders Korea 2023)

Gambar: 1000 Days Fund Indonesia
Referensi
Kim, S., Moon, S., & Popkin, B. M. (2000). The nutrition transition in South Korea,,. The American Journal of Clinical Nutrition, 71(1), 44–53. https://doi.org/10.1093/ajcn/71.1.44
Lee, M., Popkin, B. M., & Kim, S. (2002). The unique aspects of the nutrition transition in South Korea: the retention of healthful elements in their traditional diet. Public Health Nutrition, 5(1a), 197–203. https://doi.org/10.1079/phn2001294
Nijenhuis, J. T., Cho, S., Murphy, R., & Lee, K. C. (2012). The Flynn effect in Korea: Large gains. Personality and Individual Differences, 53(2), 147–151. https://doi.org/10.1016/j.paid.2011.03.022
About Us - 1000 Days Fund. (2023, February 7). 1000 Days Fund. https://1000daysfund.org/about-1000-days/
Comments